THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 27 Oktober 2010

Merapi Meletus


Yogyakarta
Setelah dinyatakan berstatus "Awas" sejak Senin kemarin, Gunung Merapi akhirnya memulai fase erupsi, Selasa (26/10) sore. Luncuran awan panas atau yang biasa disebut wedhus gembel, terjadi hingga empat kali.
Data dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), menyebutkan awan panas pertama terjadi pada pukul 17.02 dan lebih mengarah ke barat.
Luncuran kedua terjadi pada pukul 17.19, 17.24, dan 17.34. Namun, pantauan luncuran-luncuran berikut itu tidak bisa terpantau karena terhalang kabut tebal dan diduga tersebar ke segala arah. Hingga pukul 18.33, awan panas terus meluncur dan alat seismograf di kantor BPPTK masih terus mencatat pergerakan awan panas.
BPPTK pun memerintahkan seluruh petugas di lima pos pemantau gunung Merapi untuk turun dan mengevakuasi diri pada pukul 18.05. Pada saat bersamaan, terdengar 3 kali letusan besar dari pos Jrakah dan Selo di Magelang.
Petugas gunung terus mendapatkan data tentang perkembangan intensif kegiatan di dalam perut Gunung Merapi. Antisipasi terjadi letusan eksplosif menjadi pusat perhatian.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) Surono mengingatkan, adanya tanda-tanda yang tidak biasa dari aktivitas gunung. Merapi tidak memperlihatkan api diam di bibir-bibir puncak gunung dan kubah lava belum muncul. Ini bukan kebiasaan gunung tersebut. "Merapi ada kemungkinan mengalami letusan yang eksplosif tahun ini,” kata dia.
Agar dampaknya tidak sangat parah, dia berharap lava dari dalam perut terus dimuntahkan secara teratur dan gempa terjadi rutin di sekitar gunung. Hal demikian mengurangi risiko letusan yang eksplosif.
Bahaya lain bisa muncul dari sisa material letusan gunung tersebut pada 1911, 1997 dan 2006, diperkirakan sebanyak 7,5 juta meter kubik. Apabila kubah lava 1911 runtuh, bahayanya tidak kalah drastis dengan letusan. Sebab, sedikit saja material 1911 runtuh, akan memancing kubah lava lain ikut runtuh.
Dia berharap nasib kubah lama tersebut seperti lava yang kini terus keluar dari perut bumi, berguguran secara bergelombang dalam jumlah material yang tidak terlalu banyak. Jika kubah roboh, letusan eksplosif terjadi, mengingatkan peristiwa 1930, menelan korban 1.359 jiwa.
Kepala Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) UGM Sudibyakto menyatakan, menurunkan 25 relawan mahasiwa untuk membantu penanganan pengungsi. Para relawan juga ditugasi untuk memetakan wilayah sebaran pengungsi untuk mengantisipasi kondisi darurat bila Merapi mengalami erupsi maupun guguran kubah yang besar.
Selengkapnya Silahkan baca di koran Harian bangsa

0 komentar: